"Membeli rokok apalagi mengonsumsinya seolah-olah membeli penyakit di masa depan," menurut tim peneliti.
Yang lebih mengherankan, menurut data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2010, pengeluaran rumah tangga untuk rokok ternyata jauh lebih besar dikeluarkan rumah tangga termiskin karena mencapai 12% dan dibandingakan dengan pengeluaran rokok bagi orang kaya hanya sekitar 7% untuk membeli rokok.
"Pengeluaran rokok bagi orang miskin setara dengan 13x pengeluaran daging, 5x pengeluaran susu dan telur, 6x pengeluaran pendidikan dan 6x pengeluaran untuk kesehatan. Sebaliknya, jika perokok miskin mengalokasikan dananya untuk membeli daging dan kebutuhan lain, maka kualitas dan SDM keluarga miskin akan meningkat," begitu isi penelitian yang tertulis dalam buku ' Bunga Rampai Fakta Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia tahun 2012' seperti dikutip liputan6.com, Kamis (31/1/2013).
Data Susenas juga mencatat jumlah pengeluaran untuk kesehatan per bulan yang dikeluarkan oleh perokok miskin, hanya sekitar 2,02% dengan pengeluaran sebesar Rp 17.470 yang tidak sebanding dengan pengeluaran rokok yang mencapai Rp 102.956. Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi pernah berbicara kalau pengeluaran rokok ini juga tidak sesuai dengan pengeluaran untuk penyakit yang dirawat di rumah sakit akibat rokok dan komplikasinya yang mencapai Rp 231,27 triliun dari beban anggaran untuk warga miskin.
Dengan pengeluaran terbesar yaitu rokok dan sirih, perokok miskin mengalahkan 23 jenis pengeluaran penting lainnya per tahun.
Pengeluaran rumah tangga untuk daging hanya 0,90% berarti hanya sebesar Rp 7.759 per tahun. Komposisi ini jauh lebih kecil dibanding rokok. Pengeluaran susu dan telur sebesar Rp 19.437 dengan persentase 2,25%.
Ikan dan sayur-sayuran dengan persentase masing-masing 6,06% dan 5,68% dengan pengeluaran hanya sebesar Rp 52.368 dan Rp 49.127. Ini juga dikhawatirkan oleh Mentri Kesehatan karena dinilai kedua makanan ini bisa meningkatkan gizi masyarakat dan bisa mengentaskan kemiskinan.
Berikut ini daftar pengeluaran rumah tangga berdasarkan persentase dan peringkat kebutuhan per tahun yang diolah dari Susenas :
- Padi-padian (18,03%) dengan total pengeluaran Rp 155.896
- Rokok (11,91%) dengan total pengeluaran Rp 102.956
- Sewa (8,40%) dengan total pengeluaran Rp 72.589
- Listrik, telepon dan gas (7,70%) dengan total pengeluaran Rp 66.537
- Barang dan jasa (6,52%) dengan total pengeluaran Rp 56.410
- Ikan (6,06%) dengan total pengeluaran Rp 52.368
- Sayur-sayuran (5,68%) dengan total pengeluaran Rp 49.127
- Bahan minuman (3,95%) dengan total pengeluaran Rp 34.151
- Pakaian dan alas kaki (3,63) dengan total pengeluaran Rp 31.354
- Minyak dan lemak (3,30%) dengan total pengeluaran Rp 27.655
- Kacang (2,28%) dengan total pengeluaran Rp 19.700
- Telur dan susu (2,25%) dengan total pengeluaran Rp 19.437
- Kesehatan (2,02%) dengan total pengeluaran Rp 17.470
- Pendidikan (1,88%) dengan total pengeluaran Rp 16.257
- Bahan makanan lain (1,88%) dengan total pengeluaran Rp 16.233
- Bumbu (1,77%) dengan total pengeluaran Rp 15.305
- Umbi-umbian (1,30%) dengan total pengeluaran Rp 11.211
- Buah-buahan (1,26%) dengan total pengeluaran Rp 10.294
- Barang tahan lama (1,13%) dengan total pengeluaran Rp 9.809
- Daging (0,90%) dengan total pengeluaran Rp 7.759
- Pajak dan asuransi (0,72) dengan total pengeluaran Rp 6.260
- Pesta dan upacara (0.70%) dengan total pengeluaran Rp 6.058
- Pemeliharaan rumah (0,53%) dengan total pengeluaran Rp 4.613
- Minuman alkohol (0,15%) dengan total pengeluaran Rp 1.302
.Bagaimana caranya tuh, susah ni mau berhenti merokok hhe.. soalnya sudah keterbiasaan dan sudah menjadi pecandu kelas kardus ni saya.
ReplyDeletemungkin dgn usaha dan keyakinan untuk berhenti merokok saya pikir pasti bisa, karna tdk ada yg tdk mungkin didunia ini... :)
Delete